Beranda | Artikel
Menggembleng Jiwa Untuk Tunduk Kepada-Nya
Minggu, 29 Mei 2016

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tidaklah diragukan bahwa puasa adalah ibadah yang sangat mulia. Allah wajibkan ibadah puasa kepada kita agar kita bertakwa kepada-Nya. Berikut ini kami sajikan ringkasan faidah mengenai hikmah puasa yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahumallah.

Syaikh Abdurrazzaq memaparkan, bahwa puasa merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan ketakwaan kepada Allah. Puasa akan membebaskan jiwa dari kotoran dan perusak-perusaknya. Puasa akan menyucikan jiwa dari kecenderungan untuk selalu memuaskan nafsu dan syahwatnya. Karena sesungguhnya puasa melatih jiwa untuk bersabar menahan diri dari hal-hal yang disenangi dan disukai oleh hawa nafsu dan telah menjadi kebiasaan yang melekat dalam hidupnya.

Apabila jiwa telah digembleng dengan puasa maka niscaya dirinya akan terlatih untuk meninggalkan hal-hal yang diharamkan yang mana ketakwaan tidak akan terwujud kecuali dengan meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya. Maka puasa ini akan menjadi perisai bagi hamba dari bergelimang di dalam dosa-dosa dan perisai baginya dari kemurkaan Rabbnya.

Barangsiapa yang diberikan taufik oleh Allah untuk menunaikan puasa sebagaimana mestinya niscaya hal itu akan bisa menjadi bekal untuknya selama setahun berikutnya. Dengan berpuasa satu bulan bisa memberikan faidah dan dampak positif baginya selama satu tahun lamanya dengan izin Allah. Demikianlah ringkasan faidah yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam kitabnya Syarh ad-Durus al-Muhimmah (hal. 49).

Syaikh Shalih al-Fauzan menjelaskan, bahwa puasa adalah jalan untuk menggapai takwa. Seorang yang berpuasa maka dia sedang menggembleng dirinya untuk beribadah dan berlatih menghadapi kesulitan dan rintangan. Dia akan berlatih untuk meninggalkan sesuatu yang telah menjadi kesenangan dan hal-hal yang disukai oleh hawa nafsunya. Orang yang berpuasa maka dia sedang berjuang untuk menaklukkan nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan. Dan dia pun berjuang keras agar terjauhkan dari berbagai godaan dan tipu daya setan.

Dengan cara inilah maka ketakwaan itu akan digapai. Yaitu dengan melakukan perintah-perintah Allah dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya. Dia mengharapkan curahan pahala dari Allah dan takut akan hukuman-Nya. Inilah salah satu keistimewaan puasa yang paling agung yaitu ia akan membuahkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Demikianlah kurang lebih kandungan dari salah satu faidah berharga yang disampaikan oleh Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah dalam Majmu’ Fatawa (Juz 2 hal. 383)

Dari keterangan kedua ulama di atas tampaklah bagi kita bahwasanya takwa bukanlah perkara sepele dan remeh yang bisa diperoleh hanya dengan bersantai-santai dan bermalas-malasan. Sesungguhnya takwa kepada Allah butuh perjuangan keras untuk menundukkan hawa nafsu yang seringkali mengajak kepada keburukan. Takwa kepada Allah butuh kesadaran hati dan ketundukan akal kepada perintah dan larangan Allah. Takwa pun harus berakar dari dalam hati, bukan semata-mata perbuatan anggota badan dan ucapan dengan lisan.

Dengan ibadah puasa inilah kita dilatih dan digembleng untuk menjadi hamba Allah yang sejati, bukan hamba hawa nafsu dan pemuja kenikmatan-kenikmatan semu. Untuk mewujudkan puasa dan ketakwaan itu seorang hamba tidak bisa dengan hanya bersandar kepada kemampuan dirinya. Akan tetapi dia harus bersandar dan bergantung kepada Allah semata. Karena hanya Allah lah yang bisa membantu dan memudahkan dirinya dalam menempuh jalan menuju takwa. Semoga nasihat yang singkat ini bermanfaat bagi kita semuanya. Wallahul musta’aan.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/menggembleng-jiwa-untuk-tunduk-kepada-nya/